Kalau mendengar Bandung disebut, kesan yang muncul pada benak setiap orang mungkin akan berbeda. Ada yang langsung teringat pada julukan khasnya sebagai Kota Kembang. Tak heran memang karena Kota Bandung tempo dulu begitu asri dan hijau, sangat teduh dengan jajaran pohon besar nan rindang.
Selain bersih dan udaranya segar, hawa sejuk Bandung kian menonjol berkat taman-taman asri yang dipisahkan oleh aliran sungai yang airnya jernih. Pun di Bandung terdapat banyak toko bunga dan bibit bunga di sejumlah lokasi. Belum lagi keberadaan pasar kembang di depan Toko van Dorp di Jalan Braga, kian memantapkan julukan Kota Kembang. 
Kuliner lezat di Bandung, pangan lokal yang masih eksis hingga sekarang (Dok. pri)

Namun, saya pribadi lebih mengenang Bandung sebagai surga kuliner yang kaya. Makanan Sunda sangat lezat dan sehat, yang biasanya berbahan pangan lokal seperti jengkol, ubi, talas, dan aneka dedaunan yang dilalap bersama sambal berkat tradisi ngalasan alias meramban. 
Selain pilihan kuliner, Bandung juga identik dengan kopi yang nikmat. Bukan cuma kedai kopi yang bertebaran di penjuru kota, tetapi juga eksisnya beberapa merek kopi yang bahkan boleh dibilang cukup legendaris. Berikut ini beberapa merek kopi yang layak jadi rekomendasi.

1. Kopi Aroma 

Koffie Fabriek Aroma masuk sebagai merek pertama yang wajib dicicipi kalau sobat pergi ke Bandung. Belum afdal kalau belum menyeruput kopi legendaris ini. Kopi mantap ini telah dibangun sejak tahun 1930 dan gerainya selalu ramai oleh penikmat kopi dari berbagai daerah.

Pengunjung tak pernah mengeluh walau mereka harus rela mengantre lebih dari setengah jam, bahkan berjam-jam pada akhir pekan demi bisa meneguk nikmat dan harumnya kopi legendaris Bandung ini.

Kopi Aroma, harum dan melegenda (Dok. pri)

Saya sendiri pernah menyeduh langsung kopi Aroma. Kopinya memang khas, terutama Mokka Arabika. Saat disiram air panas, aromanya benar-benar menyergap ke penjuru ruangan, tepat seperti namanya. Biji kopi Aroma konon mesti disimpan sekian tahun untuk mendapatkan citarasa yang khas.

Kalau ke Bandung, jangan lupa melipir ke Jalan Banceuy No. 51, Braga untuk menyesap langsung kopi istimewa ini. Dan ingat, kopi Aroma tidak punya cabang sehingga bersiaplah mengantre sejak pagi karena sebelum buka jam 09.00 toko biasanya sudah dipenuhi pelanggan. Demi menjaga orisinalitas citarasa, kopi Aroma juga tidak dijual secara daring. Kalaupun ada yang jual, itu dipastikan bukan pihak produsen langsung.

2. Kopi Mang Japra 

Jawa Barat, termasuk Bandung, memiliki khazanah kopi yang kaya dan kha—tak kalah dari kopi andalan Aceh-Gayo, Toraja, Wamena, atau Lampung. Di Bumi Pasundan, Bandung, misalnya punya biji kopi legendaris yang dikenal dengan Java Preanger. Sejarahnya bisa ditarik jauh hingga awal penanaman secara paksa oleh kolonial Belanda pada abad ke-16.

Harum legit Kopi Mang Japra khas Tanah Sunda (Dok. mushroomcuisinecom)

Adalah kopi Mang Japra yang pernah saya cicipi, dikirim seorang teman asal Bandung. Dengan akronim Java Preanger, Mang Japra tampak ingin melestarikan citarasa tradisional yang biasanya dinikmati oleh para menak atau kalangan bangsawan. Sebutan Mang hendak mengakrabkan diri dengan sentuhan lokalitas yang kuat.

Uniknya, penamaan produk kopi di sini mengadopsi nama dengan corak Sunda yang kental. Dengan meminjam nama pupuh atau puisi lisan setempat, maka Mang Japra menawarkan Kinanti, Salendro, Magatru, Asmarandana, Dandanggula, Sinom, dan lain-lain. Kinanti adalah Single origin Arabica dark roast. Dengan warna gelap dan mengilap, kopi ini tepat dinikmati dalam bentuk Cappuccino atau Café Latte.

3. Kopi Javaco 

Kalau masih penasaran sama kopi khas Bandung, jangan lupa beralih ke Kopi Javaco yang tereltak di Jl. Kebonjati No. 69, Kebonjeruk, Bandung. Sebagai salah satu merek kopi tertua di Bandung, Javaco berdiri sejak 1928 dan kini masih eksis dijalankan oleh generasi keempat.

Autentik dan kemasan kekunoan, daya tarik Javaco Bandung (dok. bandungdiary.id)

Javaco menawarkan empat ragam kopi. Para pencinta kopi bisa memilih apakah mau menyeruput Arabika, Robusta, Melange, ataukah Tip-Top. Jika Arabika dan Robusta sudah familier, maka Melange dan Tip-Top boleh jadi masih terdengar asing.

Sebagai pengetahuan, Melange adalah Robusta grade 1 dengan citarasa dan aroma kayu manis, sedangkan Tip-Top adalah Robusta grade 2. Dengan kemasan kertas cokelat yang menunjukkan sensasi jadul, jangan heran jika kopi gilingan medium khas Javaco akan menjanjikan keautentikan dan kerinduan kopi daerah.

Pesan tiket Whoosh di BRIMO 

Itinerary sudah siap, nah tinggal meluncur deh ke Kota Kembang. Moda transportasi yang ideal tentunya kereta api, apalagi bagi si bungsu yang sangat gandrung dengan apa pun berbau kereta api. Dari Surabaya naik kereta turun Stasiun Senen. Bisa jalan-jalan dulu atau menginap semalam di Jakarta.

Esoknya baru bergegas ke Bandung dengan menumpang kereta cepat Whoosh rute Jakarta-Bandung. Wajarlah disebut kereta cepat karena dari Stasiun Halim Jakarta hingga Stasiun Tegalluar di Bandung jarak 142,3 km cukup ditempuh dalam waktu 45 menit. Perjalanan nyaman dan tenang, anak-anak pun enggak rewel atau kebosanan.

Pesan tiket kereta cepat Whoosh di BRImo, mudah dan banyak untung (detik.com)

Kabar baiknya, sekarang kita bisa pesan tiket kereta api cepat ini melalui aplikasi BRImo yang banyak fungsi dan manfaatnya. Selain praktis, pemesanan juga cepat dan hemat kapan pun dan di mana pun karena #BRImo sering menawarkan promo dan penawaran menarik buat nasabah setia.

Cara memesan tiket kereta cepat Whoosh sangat mudah karena #BRImoMudahSerbaBisa untuk menunjang berbagai kebutuhan kita sehari-hari. Perhatikan delapan langkah pemesanan Whoosh di BRImo berikut ini.

1. Pertama, login dulu ke BRImo.
2. Klik fitur travel
, lalu pilih Tiket Whoosh.
3.
Masukkan nama stasiun awal, stasiun akhir, dan tentunya tanggal keberangkatan.
4. Pilih jadwal kereta
Whoosh yang dikehendaki.
5.
Isi data lengkap nama penumpang dan pilih kursi yang diinginkan.
6. Klik
Bayar, lalu konfirmasi transaksi.
7. Masukkan PIN
.
8. Transaksi
pun berhasil dan periksa email untuk menemukan e-ticket pemesanan.
 

BRI Manjakan Pelanggan

Sebagai komitmen untuk melayani nasabah tercinta, BRI tak henti-hentinya menggelar program yang memudahkan sekaligus menguntungkan pelanggan. BRImo FSTVL 2024 kini hadir kembali untuk seluruh nasabah Tabungan BRI pengguna Super Apps BRImo. Program menarik ini dimulai sejak 1 Oktober 2024 dan berakhir 31 Maret 2025.

Lewat event BRImo FSTVL, BRI menegaskan komitmennya dalam mengapresiasi nasabah dan menghadirkan pengalaman kepada para nasabah yang terus menambah saldo dan memperbanyak transaksi menggunakan aplikasi BRImo, Kartu Debit, dan Kartu Kredit BRI.

Jadi seluruh nasabah Tabungan BRI bisa merasakan kemeriahan #BRImoFSTVL karena memang menjadi program loyalti yang dipersembahkan dengan #BerlimpahHadiah dan promosi menarik.



Betapa tidak menarik karena Program Undian Berhadiah ini ditujukan bagi seluruh pengguna Tabungan BRI dalam bentuk undian berhadiah yang bersumber dari setiap rata-rata saldo dan nominal BRI Poin yang dimiliki nasabah selama program berlangsung.

Dari Vespa sampai Hyundai Creta

Selain itu, ada Program Direct Gift (Redeem BRIPoin), yakni program loyalti untuk seluruh nasabah Tabungan BRI (BritAma dan Simpedes), pengguna e-banking (BRImo, Qlola Internet Banking, dan ATM), Kartu Debit, dan Kartu Kredit BRI. Semuanya akan mendapatkan reward dalam bentuk BRIPoin atas setiap transaksi yang dilakukan. Ini namanya untung berlipat-lipat! Bisa nabung sekalian berpeluang dapat hadiah.

Daripada gabut, yuk perbanyak saldo dan tingkatkan transaksi selama program BRImo FSTVL digelar. Masa iya sih enggak pengin jadi salah satu pemenang dari 100.000 hadiah langsung di BRImo FSTVL kali ini. Ada BMW 520i M Sport, Hyundai Creta Alpha, dan motor Vespa Primavera yang keren banget!

Lalu masih ada hadiah mingguan di Friday Deals yang bikin mupeng. Satset deh, download aplikasi BRImo sekarang kalau belum punya biar kesempatan menang semakin besar. Saatnya agendakan pelesiran ke Bandung naik Whoosh yang tiketnya dipesan di BRImo biar berlipat-liat kita dapat untung.

Every time indigenous languages come up for discussion, I couldn’t help but recall my brief conversation with a friend from Belgium when he visited Semarang back in 2005. He made it clear that he’s fascinated by the variety of languages that Indonesians speak. Most people, he argued, speak at least two different languages: her/his native language and Indonesian. He admitted that there is no such thing as Belgian mother tongue. In everyday life, his family and he speak Dutch, French, or German.


Javanese script: most valuable treasures and knowledge might be preserved in indigenous languages.

Now compare to what languages we are capable of communicating in: perhaps Javanese or Bataknese, Indonesian, English, and other foreign languages. This excludes any subethnic languages that are also prevalent across the archipelago. It would certainly be a shame if we ignored the continuity of those many indigenous languages ​​simply by avoiding their daily use.

    .

This is what makes La Ode Mursalim both concerned and thrilled. Born in Watuputih, a small island in the Southeast Sulawesi, the young and optimistic Mursalim uses his abilities as a programmer to preserve an indigenous language. With programming skills, he has created an Android-based Tolaki Language Dictionary application. He was not hesitant at all when he started the project because he had noble goals for his region as well as the native people.



The journey he had taken is indeed worthy of appreciation. It is a bitter fact that not many young people are encouraged to do something for their native region in terms of local languages. What most youths have been working on tends to be economic and entrepreneurial projects that quickly generate profits. It's not necessarily bad, but cultivating culture in terms of language is no less important for the future of our nation.


Endangered indigenous languages

Have we ever imagined that a culture vanished because there was no one left to care for it? To be able to care for it requires a good understanding of the language because cultural treasures—whether in the form of printed literary works, reliefs, or oral stories—are packaged in a particular language. If no one understands it, then society will not find it odd that something is actually missing. More to the point, the fast-paced movement of the times with various advances, especially digital technology, has likely made everyone to be obsessed with their gadgets.



According to the UNESCO, Indonesia is recorded to have 718 indigenous languages ​​spoken by thousands of tribes (as well as sub-tribes) from Sabang to Merauke. In addition to Javanese which was admired by my Belgian friend, there are also Sundanese, Minang, Buginese, Madurese, Acehnese, Banjarese, Batak, and hundreds of other native languages.


However, behind the unique linguistic diversity, it turns out there are other worrying facts. CNN Indonesia once published that the Ministry of Education, Culture, Research and Technology (Kemendikbudristek) has determined that there are at least 25 indigenous languages ​​in Indonesia that are threatened by extinction.


Dozens of languages ​​are threatened to be extinct, one of which is owing to fewer and fewer speakers of the languages. Local residents who use it are on average age of 20 years and over so it is considered minimal. As the digital era develops, it is said that the older generation no longer speaks these local languages ​​to their children. Indigenous languages ​​are only used to communicate with the older generation who are the same age.


So what indigenous languages in Indonesia ​​are threatened with extinction? According to the same finding, there is the Sangihe Talaud language from North Sulawesi, the Konjo language from South Sulawesi, the Bajau Tungkai Satu language from Jambi, the Lematang language from South Sumatra, the Minahasan, and the Gorontalo Dialeg of Suwawa from Gorontalo. This is of course what’s recorded as data, while the actual facts may vary due to the vast region of Indonesia, both ethnographically and geographically.


Efforts to prevent language extinction

Under the auspices of the Kemendikbudristek, the Agency of Language Development and Coaching does not stand idly seeing this worrying phenomenon. Based on a thorough research, concrete steps were formulated through an activity entitled Revitalisasi Bahasa Daerah (Indigenous Language Revitalization) as part of the Merdeka Belajar program. Through this program, the younger generation is invited to learn indigenous languages, especially for those who are still attending elementary and middle school.


"This is where maestros, artists, and figures who master indigenous languages, as well as indigenous songs, are performing to deliver speeches, storytelling and other arts," said Abdul Khak to CNN Indonesia on Wednesday, June 29 2022.  Khak is the Head of the Center for Language and Literature Development of the Agency of Language Development and Coaching.


Khak further said that indigenous languages ​​ considered vulnerable to extinction were then taught to teachers by qualified speakers. The aim is to form a chain of language preservation, especially binding students as the next generation of Indonesia's future with ancient knowledge and wisdom preserved in the language.

Building a digital presence

In response to the government program, namely the revitalization of regional languages, another thing that needs to be done is to ensure that the 718 regional languages ​​have a digital presence that can be accessed online anywhere, such as the KBBI (the Big Indonesian Dictionary).


It's no longer a secret that now everyone has a gadget in their hand. Even one person sometimes has more than one device. This is why it is relevant to take advantage of the momentum of technological progress, i.e. to bring the very rich indigenous languages into everyone's grasp. The digital availability of local languages ​​will encourage people to use them because it is easy and practical. It will even be more attractive if it is also equipped with treasures of local culture.


Kids enjoy online learning so indigenous language should be made digital. | Photo: personal doc  


In a semi-virtual event held in Jakarta on December 12, 2020, Prof. Yudho Giri Sucahyo, who serves as the chairman of PANDI (Indonesian Internet Domain Name Manager) reminded the importance of rich culture and linguistic diversity in Indonesia to be supported by online access. The main reason is because today's young people are mostly digital natives. You could say they were 'born and raised' by the Internet.


A spark emerging from Watuputih

In the midst of modernization, La Ode Mursalim from Watuputih is trying to do something to save the indigenous language he loves. Technological sophistication is indeed double-edged; while it may be a threat, it also offers opportunities. He chose a positive perspective by developing an Android-based Tolaki Language Dictionary application.


He made the decision because he really loves programming and has been doing it for a long time. Coupled with his love for Southeast Sulawesi, an app of a Tolaki language dictionary was successfully created which can be accessed on smartphones with Android OS. What Mursalim has done is an incredible endeavor to respond to the challenge presented by Prof. Yudho Giri Sucahyo.


The Tolaki girls from the Southeast Sulawesi | Photo: Antara Foto/Jojon

Tolaki is the language used by the Tolaki tribe, which is a native Kendari tribe. Kendari is very important because it is the capital of Southeast Sulawesi Province. There is a lot of cultural diversity and tourism charm that attracts tourists, both domestic and foreign. The exotic Bokori Island is one to name.


Based on La Ode Mursalim's observations, quite a few local and foreign workers visit Kendari for both tourist and business purposes. In fact, their visit is an opportunity that should be taken advantage of. These traveling guests belong to parties who need the Tolaki language application on their devices as a translator to make it easier for them to interact with the local community.


The birth of this application has finally become a profitable solution. On the one hand, indigenous languages can be preserved through digital documentation that can be accessed easily and quickly. On the other hand, local tourism can be stimulated by the increasing tourist visits to Kendari. 


This eventually leads to an economic acceleration for local residents, one of which is from the sale of typical Tolaki woven cloth which has been tourists' favorite souvenir when visiting Kendari, the Southeast Sulawesi.


Typical Tolaki woven fabric from Kendari remains a favorite on the national market. | Photo: telisik.id

How did Mursalim come to create the indigenous language application? This graduate of Informatics Engineering from the Sultan Agung Islamic University (Unissula) Semarang, recounted firmly,


"The original idea for making this application emerged when I discussed with Tolaki tribe friends who wanted an application that translated Tolaki language into Indonesian."  

 

He began designing the app and working on it from early June 2016 and completed the project in August 2016. He admitted that this application was made possible thanks to the support of people closest to him, one of whom was Alfino, who is a student at the Faculty of Industrial Technology of the same university. He is the one who has played a major role as a language translator. Mursalim has also received assistance from the Tolaki tribal community in Kendari in order to complete the application he developed.


The application was developed on the basis of the Java programming language. He claims his application is the first Android-based dictionary for the Tolaki language. This app can display words quickly by translating two languages, i.e. Indonesian and Tolaki. The Google speech feature is also provided to allow voice to be directly converted into text.


The Tolaki dictionary app to preserve indigenous language | Doc. La Ode Mursalim


When the application was released, some of Mursalim's friends had used it to help them complete their final college assignments. There were also some who consulted with him about how to develop indigenous language dictionary apps.


Challenges and obstacles

In carrying out any endeavor, it cannot be devoid of obstacles. The biggest obstacle Mursalim had experienced in designing and developing the application was composing and inputting words into the database. Additionally, it was also challenging to promote the application to the entire Tolaki community. 


Fortunately, he could overcome the complexity of making applications, including when there are errors which were then corrected by fellow programmers and practitioners who are members of an Android developer forum group. He realizes the importance of networking with many groups, especially those in the same profession, because collaboration would facilitate innovation.


The next challenge is the process of inputting dictionary data. As a database source, Mursalim uses the Big Tolaki—Indonesian Dictionary published by the Ministry of Education and Culture. The problem is, this dictionary is nothing but rare, making it difficult to find in bookstores or local libraries. 


“Finally, I went to look for it among the Tolaki people who still kept or collected these dictionaries.


Another challenge that is no less important is the promotion or the introduction of the new app. Promotion was mostly carried out via the social media and did not receive genuinely optimum support from the local government. Ideally, the marketing of the application is done through paid ads so that the promotional reach is wider and more massive.


How the Tolaki community responded

As soon as the Tolaki language dictionary application was completed and introduced, the Tolaki community in Kendari immediately welcomed it in utter contentment. They are fully aware that the first dictionary application Mursalim has just completed will contribute to the preservation of their beloved Tolaki language, which has been passed down from generation to generation as intangible wealth. 


When introducing his innovation, he divulged that there were administrative issues as well as a lack of local government support that made the application remain unpatented. While only hundreds of people have downloaded the application, he considered that a quick win because those who installed it are the Tolaki people who live in the cities of Kendari, Konawe, and Kolaka. More local people are getting aware of their indigenous language.  

 

Kids of the Buton and Muna tribes in the Southeast Sulawesi | Photo: Korchnoi Pasaribu

Even though the downloads of his application have not yet reached thousands, and this application is no longer found in the Google Play Store, Mursalim held up hopes that the little endeavor he is making will not stop here. This is nothing but a first step, like a spark that will ignite contributions from other young people, both in their own region and in other areas all over Indonesia.


This conforms to what he said, "I have also been asked by the people of Buton to develop a Butonese language dictionary application so as to open up the opportunity for this app to appear in other languages."


The initiative that Mursalim has taken is clearly something we need to cherish and appreciate. It’s not about the result, but noble thought and intuitive action. What Sunita Biddu, a digital business coach and social media advisor, who is also an MSME owner from India, confirms this even firmly.

 

She points out that failure is not when we lose. We are only failures when we decide to give up. With this in mind, Mursalim's effort is never a failure simply due to few downloads or less public attention. In fact, he has not failed at all because he has at least taken a positive action based on love for his people and their native language.


Hope for the future

La Ode Mursalim hopes that the application he created can be further developed so that it can translate sentences instead of words. The potential for developing indigenous language applications is indeed massive because Indonesia is rich in local languages. Apart from Tolaki, Southeast Sulawesi is also home to other languages including Butonese, Wakatobi, Cia-Cia, and many more.


It is not surprising that Mursalim’s initiative and fondness for the preservation of indigenous languages has resulted in him being presented with one of the prestigious award, that is the 2018 SATU Indonesia Awards in the technology category of provincial level. 


The message is conveyed when kids understand the storyteller's language. | Photo: personal doc

As the name suggests, SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards is a genuine appreciation from PT Astra International, Tbk to honor young people who have contributed to the creation of a sustainable life through the fields of Health, Education, Environment, Entrepreneurship and Technology, as well as one Group Category representing these five fields. 


Referring to a very popular Chinese proverb, "A journey of a thousand miles begins with one small step," La Ode Mursalim has begun a journey in the process of protecting indigenous languages from extinction. In his spirit is love for the cultural treasures of his native homeland or local wisdom which is absolutely a valuable asset to help us live wisely based on noble teachings preserved in the vast variety of our indigenous languages. These are life values and unparalleled blessing that other countries might envy us so we need to locate and conserve them at all cost the entire time.

Franchise menjadi salah satu solusi bisnis yang banyak diminati oleh para pengusaha, terutama mereka yang ingin memiliki usaha dengan risiko lebih terukur. Melalui sistem yang sudah terbukti sukses dan jaringan pasar yang kuat, franchise menawarkan keuntungan tersendiri bagi pebisnis pemula maupun yang sudah berpengalaman. Salah satu pilihan franchise yang menarik adalah Circle K, convenience store yang menyediakan berbagai kebutuhan sehari-hari dalam format modern dan mudah diakses.



Menjadi bagian dari Circle K, franchise akan bergabung dengan merek yang sudah memiliki reputasi global dan jaringan luas di Indonesia. Tersebar di lebih dari 600 lokasi di berbagai kota besar, Circle K menawarkan potensi pasar yang luas. Konsep toko yang modern, ragam produk yang variatif, serta standar pelayanan yang konsisten menjadikan franchise Circle K pilihan yang tepat bagi Anda yang ingin berbisnis di sektor retail.

Berkenalan dengan Convenience Store Pertama di Indonesia, Circle K


Sebagai convenience store pertama di Indonesia Circle K dikenal luas dan menjadi salah satu merek yang identik dengan konsep minimarket modern. Circle K menghadirkan berbagai produk mulai dari makanan ringan, minuman, hingga kebutuhan sehari-hari yang diatur dalam layout toko yang nyaman dan efisien. Berawal dari konsep toko serupa di Amerika Serikat, Circle K masuk ke pasar Indonesia dan terus berkembang hingga saat ini.


Circle K kini hadir di lebih dari 600 toko yang tersebar di kota-kota besar seperti Bali, Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Makassar, Batam, dan Banjarmasin. Melalui kehadirannya yang merata di berbagai wilayah, Circle K menjadi solusi belanja praktis bagi masyarakat urban yang memiliki gaya hidup sibuk. Jaringan yang kuat dan produk yang variatif menjadikan Circle K sebagai pilihan utama bagi masyarakat yang mencari convenience store yang modern dan terpercaya.

Mengapa Franchise Circle K Bisa Jadi Pilihan yang Tepat


Bagi Anda yang sedang mempertimbangkan franchise, berikut beberapa alasan mengapa franchise Circle K bisa menjadi pilihan tepat:

1 | Reputasi Brand yang Kuat

Circle K memiliki reputasi global dan telah dikenal oleh masyarakat luas, terutama di Indonesia. Sebagai merek yang sudah mapan, Circle K memberikan kepercayaan konsumen yang tinggi, yang tentu saja menguntungkan bagi bisnis franchise. Reputasi yang baik ini juga memudahkan pemasaran dan menarik minat pelanggan tanpa perlu upaya besar.


Kepercayaan konsumen terhadap Circle K memberikan fondasi kuat bagi franchisee untuk membangun usaha yang berkelanjutan. Dengan popularitas merek yang baik, Anda sebagai franchisee akan lebih mudah mengelola bisnis dengan pelanggan setia dan basis pasar yang luas.


2 | Dukungan Operasional dari Pusat

Franchise Circle K menawarkan dukungan operasional yang menyeluruh, mulai dari pelatihan karyawan hingga manajemen stok. Melalui sistem yang sudah mapan franchisee dapat menjalankan bisnis dengan standar operasional yang konsisten dan terarah. Hal ini membantu menjaga kualitas layanan dan pengalaman berbelanja yang sama di seluruh toko Circle K.


Dukungan yang diberikan oleh pihak pusat meliputi berbagai aspek seperti sistem IT, program pemasaran, serta pengelolaan inventori yang efisien. Keuntungan ini menjadikan franchise Circle K pilihan ideal bagi Anda yang ingin menjalankan bisnis dengan dukungan penuh dari tim profesional.


3 | Potensi Pasar yang Luas

Circle K memiliki jaringan toko yang tersebar di berbagai kota besar di Indonesia. Dengan potensi pasar yang luas dan terus berkembang, franchisee memiliki kesempatan untuk menjangkau konsumen dari berbagai kalangan. Lokasi-lokasi strategis juga menjadi keuntungan besar bagi franchisee untuk mendapatkan pelanggan yang konsisten.


Kemudahan akses dan ketersediaan produk yang beragam membuat Circle K menjadi destinasi belanja yang populer, terutama bagi masyarakat urban. Potensi pasar ini memberi peluang yang menguntungkan bagi franchisee yang ingin mengembangkan bisnis di wilayah yang padat penduduk.


4 | Produk yang Beragam dan Menarik

Circle K menawarkan berbagai macam produk mulai dari makanan cepat saji, minuman segar, hingga kebutuhan rumah tangga. Melalui ragam produk ini Circle K mampu menarik berbagai segmen konsumen. Produk-produk tersebut tidak hanya menarik namun juga terus diperbarui mengikuti tren pasar.


Franchisee mendapatkan keuntungan dari variasi produk ini, karena mampu memenuhi kebutuhan konsumen dari berbagai kalangan. Variasi produk ini juga meningkatkan potensi penjualan, karena konsumen dapat menemukan berbagai barang yang mereka butuhkan dalam satu tempat.


5 | Sistem Franchise yang Terstruktur

Circle K memiliki sistem franchise yang terstruktur dengan baik, sehingga memudahkan franchisee dalam mengikuti prosedur bisnis yang telah ditetapkan. Mulai dari pembukaan hingga operasional sehari-hari, semua diatur dengan sistem yang teruji. Dengan demikian, franchisee dapat fokus menjalankan bisnis tanpa perlu khawatir akan masalah operasional.


Sistem ini memastikan bisnis franchise Circle K tetap konsisten dengan standar yang sama di setiap toko. Proses yang jelas dan dukungan yang lengkap membuat bisnis ini menjadi pilihan yang ideal bagi Anda yang mencari franchise dengan sistem yang terorganisir.

Segera Bergabung Jadi Franchise Circle K Sekarang


Bagi Anda yang tertarik untuk bergabung menjadi franchisee Circle K, berikut beberapa langkah yang harus dilalui:


1 | Presentasi Bisnis Tahap I

Langkah pertama adalah mengikuti presentasi bisnis tahap I yang diadakan oleh pihak Circle K. Di sini, calon franchisee akan mendapatkan gambaran tentang bisnis Circle K, termasuk sistem operasional, potensi pasar, dan konsep franchise secara umum. 


2 | Pendaftaran dan Pengisian Formulir Aplikasi Hak Waralaba

Setelah mengikuti presentasi, calon franchisee perlu mengisi formulir aplikasi untuk mendapatkan hak waralaba. Formulir ini berfungsi sebagai data awal untuk proses selanjutnya. Calon franchisee harus melengkapi dokumen sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.


3 | Pelaksanaan Survey Lokasi dan Wawancara Calon Franchise

Langkah berikutnya adalah survey lokasi dan wawancara. Tim dari Circle K akan melakukan survey lokasi untuk memastikan area yang diajukan memenuhi standar yang ditetapkan. Selain itu, calon franchisee akan menjalani wawancara untuk menggali lebih dalam mengenai tujuan dan komitmen mereka dalam menjalankan bisnis.


4 | Surat Persetujuan atau Penolakan

Setelah proses survey dan wawancara, Circle K akan memberikan surat persetujuan atau penolakan. Surat ini menjadi tanda resmi apakah pengajuan franchise diterima atau tidak. Jika disetujui, calon franchisee dapat melanjutkan ke tahap berikutnya.


5 | Pembayaran Uang Muka Setelah Lokasi dan Calon Franchisee Disetujui

Calon franchisee yang disetujui perlu melakukan pembayaran uang muka sebagai tanda jadi. Pembayaran ini penting sebagai komitmen awal dalam menjalankan bisnis franchise. Uang muka ini menjadi bagian dari keseluruhan biaya yang diperlukan untuk membuka franchise Circle K.


6 | Presentasi Bisnis Tahap II

Setelah pembayaran uang muka, calon franchisee akan mengikuti presentasi bisnis tahap II. Di sini, Circle K akan memberikan panduan lebih rinci mengenai operasional bisnis, strategi pemasaran, dan pengelolaan keuangan.


7 | Penandatanganan Surat Penawaran Usaha Waralaba (SPUW)

Setelah presentasi tahap II, calon franchisee akan menandatangani Surat Penawaran Usaha Waralaba (SPUW) sebagai kesepakatan awal dalam menjalankan bisnis ini. SPUW menunjukkan keseriusan calon franchisee untuk melanjutkan ke tahapan akhir, termasuk pengelolaan izin dan administrasi lainnya.


8 | Proses Melengkapi Dokumen Administrasi

Franchisee perlu melengkapi dokumen administrasi yang diperlukan untuk membuka toko Circle K. Dokumen ini meliputi izin operasional, sertifikasi, dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan legalitas usaha.


9 | Penandatanganan Perjanjian Waralaba dan Pembayaran Sisa Franchise Fee serta Dana Investasi

Tahap terakhir adalah penandatanganan perjanjian waralaba dan pembayaran sisa franchise fee serta dana investasi yang diperlukan. Bagian ini menjadi langkah final sebelum franchisee dapat memulai bisnis dan membuka toko Circle K.


Menjadi franchise Circle K memberikan Anda kesempatan untuk berbisnis dengan dukungan merek ternama yang memiliki pasar luas dan loyal. Melalui sistem operasional yang telah teruji dan reputasi yang kuat, franchise ini menawarkan peluang bisnis yang menarik. Bergabunglah sekarang dengan franchise Circle K dan jadilah bagian dari jaringan convenience store terbaik di Indonesia!


Sejak bangun tidur sampai tidur lagi orang modern hampir tak bisa lepas dari ponsel atau smartphone. Dari bilik bambu di desa hingga apartemen mewah di kota, kita mengandalkan gawai untuk berbagai kebutuhan. Selain mengakses media sosial sebagai primadona, mereka juga memanfaatkan gawai berbekal koneksi Internet untuk mendapatkan hiburan, salah satunya menonton film di Youtube atau streaming drakor di aplikasi khusus.

Peluang rezeki di era digital

Apalagi seiring makin canggihnya teknologi digital, kini mencari uang pun bisa mengandalkan gawai di genggaman. Tanpa meninggalkan rumah, kita bisa meraup punci-pundi cuan dengan memanfaatkan Internet dan keterampilan. Apa saja yang bisa kita lakukan sebagai sarana pemanen rezeki di era serbadigital saat ini?

Jadi blogger bisa sangat menghasilkan.

1. Blogger

Profesi bloger kini semakin diperhitungkan kendati kemajuan visual seperti Instagram dan Youtube semakin digemari. Ada yang sempat memprediksi era redupnya blog tapi nyatanya blog tetap eksis dan bloger tetap bisa hidup dari konten yang ia tulis.
Sebagai bloger, rezeki bisa diperoleh misalnya dari lomba blog. Kompetisi blog hamper selalu ada setiap bulan. Malah tak jarang dalam satu bulan beberapa lomba bergengsi dihelat bersamaan, yang membuat bloger pemburu hadiah lomba harus taktis memilih.
Cara lain bloger mendapatkan cuan adalah menerima tulisan pesanan sponsor. Jadi brand, baik secara langsung maupun lewat agency, mengontak bloger untuk menulis dengan topik tertentu berkaitan dengan barang atau jasa yang ingin mereka promosikan. tujuannya tentu saja membangun brand awareness, misalnya saat meluncurkan produk baru.
Bloger juga bisa memanfaatkan blognya dengan memasang iklan dari kerja sama dengan Google Adsense. Meski syarat untuk lolos tak mudah, perjuangan berat juga dibutuhkan saat mengumpulkan dolar demi dolar agar iklan kita diklik oleh pembaca. Namun percayalah, perjuangan itu sepadan dengan hasil yang akan kita terima.
Yang penting jangan menyerah atau kecewa dengan hasil yang belum memuaskan. Apa saja sebenarnya bisa kita olah menjadi niche yang akan menarik duit lewat blog. Blog khusus traveling atau blog tentang financial planning yang kini semakin digemari, bisa jadi konten yang mengantarkan pundi-pundi rezeki. Kalau butuh inspirasi seputar inovasi teknologi atau kecantikan dan produk ramah lingkungan, bisa banget mengunjungi laman https://daizizheng.com/.

2. Influencer Instagram dan TikTok

Ketika Instagram menjadi mikroblog, pamornya terus moncer dan akhirnya dibidik oleh para advertiser untuk mengiklankan produk mereka di platform tersebut. Muncullah istilah influencer yang merujuk pada pengguna dengan jumlah follower (pengikut) yang sangat besar. 
Dari jumlah follower Inilah peluang mendapat cuan didapatkan. Semakin besar jumlah pengikut, maka semakin besar pula potensi dipinang oleh brand dan diganjar imbalan yang sangat seimbang. Tak heran jika pemilik akun Instagram terus berupaya menambah jumlah follower agar dilirik oleh employer online.


Ketika Instagram begitu kuat, hadirlah TikTok sebagai kompetitor. Walau semula diremehkan, TikTok terbukti sukses di kancah digital dan makin digandrungi oleh warganet. Bukan hanya berisi joget tak jelas, TikTok juga mengakomodasi konten bermanfaat, mulai dari ceramah agama, belajar bahasa, memasak, dan banyak upgrade skill lainnya.
Dalam sebuah kesempatan ZOOM meeting, Ainun Chomsun menyampaikan betapa TikTok kini merangsek di urutan pertama sebagai media promosi gratisan. Kalau ingin lebih efektif, bisa pakai fitur Ads aau menyewa jasa seorang influencer agar target mudah dicapai. Ini artinya media sosial bukan sekadar media hura-hura tapi bisa menjadi sumber pendapatan yang berlimpah kalau diseriusi.

3. Youtuber

Bicara soal Youtuber, kita tak mungkin melupakan Li Ziqi asal Tiongkok sebagai salah satu food vlogger China yang sangat kesohor. Pendapatan miliaran per tahun tak heran menjadi kiblat bagi Youtuber lain di negaranya untuk mengekor menjadi pemasak yang ditampilkan secara visual, lewat proses dan pemandangan yang menawan.
Di Indonesia lebih banyak lagi Youtuber yang kondang dan jadi epigon para Youtuber pemula. Bukan hanya konten kanal mereka yang menarik, tetapi juga pendapatan menggiurkan yang jadi idaman banyak orang. Bagaimana tidak, cukup berdiam di rumah kita bisa mengantongi ratusan bahkan miliaran rupiah.


Raditya Dika dan Deddy Corbuzier hanyalah dua di antara seleb Youtube yang sukses dan punya basis subscriber serta income yang luar biasa. Setiap konten atau podcast yang ditayangkan selalu banjir komentar. Karena komentar memang efektif untuk menarik calon pelanggan baru. Itulah sebabnya Layanan Komentar Youtube diperlukan untuk menambah kemeriahan video tayangan dan memikat penonton baru agar menjadi subscriber sesuai keinginan. 
Banjir komen bagus untuk sebuah konten di Youtube. Ketika komen bermunculan, itu artinya akan mengundang pelanggan baru untuk berdatangan. Ada engagement yang terbangun ketika tahu banyak komen yang meramaikan sebuah tayangan. Bahkan komen yang negatif pun sering sangat berguna untuk mendongkrak suatu konten dan channel

5. SEO specialist

Siapa yang tak ingin produknya tampil di halaman pertama Google atau yang dikenal dengan Page One? Posisi itu sangat produktif untuk membantu calon konsumen untuk mengklik website kita, mempelajari konten yang ada, dan kemudian melakukan transaksi sesuai yang kita harapkan. 
Sayangnya meraih posisi page one bukan perkara mudah, dibutuhkaan effort ekstra untuk bisa moncer di SERP atau mesin pencarian. Di sinilah kita butuh peran seorang SEO specialist. Dialah yang akan membantu bagaimana agar produk yang kita punya bisa dilihat dan diklik oleh warganet yang menjadi target pasar kita. Percuma dong punya produk bagus tapi tenggelam di mesin pencarian!? 

6. Affiliate marketer

Untuk mendapatkan cuan di era digital, kita juga bisa memanfaatkan affiliate marketing. Cara kerja affiliate marketing sangat sederhana. Mungkin kita mengikuti kabar terkini yang heboh tentang beberapa influencer kaya raya yang ternyata memanfaatkan affiliate tapi merugikan banyak orang karena ada indikasi perjudian atau penipuan. 
Begitu juga dengan affiliate yang saya maksudkan, kita cukup mendaftar sebagai affiliate marketer pada sebuah situs atau penyedia platform agar kita bisa menyebarkan link sehingga kalau ada penjualan dari link tersebut maka kita akan mendapatkan komisi.
Teknologi digital membuka peluang meraup keuntungan finansial. | Pexels/Antoni Shkraba 

Inilah intinya, komisi akan kita petik dari pelanggan yang bertransaksi. Semakin banyak transaksi, tentunya semakin banyak keuntungan yang bisa kita raup. Kita bisa menjadi affiliate marketer bagi penyedia hosting-domain, menyebarkan link produk konsumer di lokapasar seperti Tokopedia dan Shopee, dan masih banyak lagi peluang yang bisa kita jajaki.
Singkat kata, mendapatkan uang di era kecanggihan teknologi informasi bukan lagi mustahil dan bahkan sangat dimudahkan. Kita harus mau bergerak dan belajar untuk menggunakan platform yang ada untuk menjadi sumber pendapatan, baik aktif maupun pasif. 
Itu bisa dimulai dengan mengasah skill dan upscale agar mengimbangi kebutuhan audiens atau pembaca. Bangun jejarung, asah kreativitas, dan teruslan berinovasi. Pastikan selalu update informasi lewat portal https://daizizheng.com/ yang solutif sebagai sumber inspirasi guna mendulang cuan di era digital. Mau?